Alkisah, Rasulullah SAW pernah ditanya, “Perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga?” Beliau menjawab, “Bertakwa kepada Allah dan berbudi pekerti yang baik” (HR Tirmidzi).
Hal ini berarti pentingnya akhlak mulia bagi seorang mukmin semata-mata demi mendatangkan ridha dan cinta Allah SWT serta meraih cinta dari hamba Allah lainnya di alam fana ini. Sebagaimana Allah mencintai orang-orang yang bertakwa dan menebarkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konsep struktur ajaran Islam, akhlak menempati urutan kedua setelah ajaran inti, yakni tauhid. Artinya, akhlak Islami seharusnya dijiwai oleh makna laailaahaillallah. Sementara, syariah menempati urutan ketiga dari inti tauhid demikian. Oleh karena itu, syariah dalam Islam harus dijiwai tauhid sekaligus akhlak. Adapun masalah-masalah kehidupan–misalnya kebebasan dan sebagainya–harus terikat atau dijiwai syariat Islam.
Dengan demikian, perilaku umat Islam hendaknya sesuai syariat Islam, yang berintikan akhlak dan berpusat pada tauhid. Dengan demikian, kita memandang manusia bukan hanya soal jasmani, melainkan juga rohani manusia berasal dari pancaran cahaya Allah.